• News

Inggris Sebut Houthi Keliru Targetkan Kapal Tanker yang Membawa Minyak Rusia

Yati Maulana | Sabtu, 13/01/2024 16:01 WIB
Inggris Sebut Houthi Keliru Targetkan Kapal Tanker yang Membawa Minyak Rusia Ilustrasi kapal kargo dan serangan Houthi di Laut Merah yang dibuat pada 9 Januari 2024. Foto: Reuters

KAIRO - Militan Houthi secara keliru menargetkan sebuah kapal tanker yang membawa minyak Rusia dalam serangan rudal pada hari Jumat di lepas pantai Yaman, kata perusahaan keamanan maritim Inggris Ambrey.

Organisasi Operasi Perdagangan Maritim Inggris (UKMTO) menyatakan telah menerima laporan adanya rudal yang ditembakkan 90 mil laut tenggara kota pelabuhan Aden di Yaman.

“Kapten kapal melaporkan adanya pendaratan rudal di perairan sejauh 400-500 meter, dan diikuti oleh tiga kapal kecil,” kata catatan penasihat UKMTO, seraya menambahkan bahwa tidak ada korban luka atau kerusakan.

Ambrey berkata: "Ini adalah kapal tanker kedua yang secara keliru menjadi sasaran Houthi saat membawa minyak Rusia."

Militan Houthi yang didukung Iran di Yaman, yang menguasai sebagian besar Yaman, telah meluncurkan gelombang demi gelombang ledakan drone dan rudal ke kapal-kapal komersial Barat di Laut Merah sejak 19 November, dalam apa yang mereka katakan sebagai protes terhadap operasi militer Israel di Gaza.

Amerika Serikat dan Inggris melancarkan serangan dari udara dan laut terhadap sasaran militer Houthi di Yaman semalam. Rusia, sekutu Iran dan mitra negara-negara utama Arab, mengecam serangan tersebut dan menyerukan pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB.

“Sebuah kapal tanker berbendera Panama melihat tiga perahu kecil saat transit menuju timur melalui Koridor Transit Rekomendasi Internasional,” kata laporan Ambrey, seraya menambahkan bahwa kapal tersebut melaporkan adanya rudal yang menghantam perairan.

Ambrey menilai kapal tersebut salah sasaran berdasarkan informasi usang yang tersedia secara publik yang menghubungkan kapal tersebut dengan Inggris.

“Kelihatannya ini sudah berumur lima bulan tetapi masih terdaftar sebagai afiliasi Inggris di database maritim publik,” kata laporan itu.