• Bisnis

Selalu Dicek Jokowi, NFA Pastikan Stok Beras Bantuan Pangan Tercukupi

Eko Budhiarto | Senin, 22/01/2024 14:15 WIB
Selalu Dicek Jokowi, NFA Pastikan Stok Beras Bantuan Pangan Tercukupi Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi bersama Presiden Joko Widodo dalam kegiatan penyaluran bantuan pangan beras di Salatiga, Jawa Tengah, Senin (22/1/2024).(foto:NFA)

SALATIGA – Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan, akan selalu mengecek stok beras di gudang Bulog. Terkait hal ini, Badan Pangan Nasional atau National Food Agency (NFA) memastikan stok beras Bulog untuk bantuan pangan, tercukupi.

Didampingi Kepala NFA Arief Prasetyo Adi dan pejabat lain, hari ini, Senin (22/1/2024), Jokowi meninjau penyaluran bantuan pangan beras di Lapangan Bola Kecamatan Tingkir, Salatiga, Jawa Tengah.

“Negara kita ini negara besar, sangat besar. Penduduknya nomor empat terbanyak di dunia. Sekarang (penduduknya) sudah 280 juta, coba ngurus 280 juta bayangin. Gudang Bulog kalau nggak penuh, hati-hati. Bahaya lho, urusan perut ini,” ujar Presiden Jokowi di depan 1.062 Keluarga Penerima Manfaat (KPM).

“Sekarang ini hampir semua negara mengalami kekurangan pangan. Dulunya semua negara yang penghasil, bisa ekspor. Ini sudah 2 tahun ini, 22 negara men-stop tidak ekspor lagi, karena untuk keperluan di dalam negeri mereka sendiri, kurang, sehingga yang terjadi apa, karena produksinya kurang, berasnya di dunia kurang, sehingga harganya (tinggi), ya itu problemnya,” jelas Kepala Negara.

Presiden menambahkan kondisi tanah air yang terdampak El Nino, salah satunya berujung pada fluktuasi pangan. Namun ia pastikan pemerintah selalu menjaga stok pangan strategis seperti beras, berada dalam kondisi yang mencukupi.

“Di Indonesia sendiri ada El Nino, kekeringan yang panjang. Tapi stok Bulog sekarang ini Alhamdulillah masih pada posisi yang baik, masih 1,4 juta ton, patut kita syukuri. Itu (setara) 1,4 miliar kilo, saya nggak bisa bayangin (banyaknya). Saya cek terus, saya setiap ke kota dimanapun, pasti gudang Bulog saya cek. Stoknya benar-benar ada nggak, memang 1,4 juta ton, betul-betul distribusinya di semua kota ada nggak, itulah fungsi Bulog. Memang cadangan strategis itu perlu, karena menyangkut hajat hidup orang banyak,” ujar Presiden.

“Hari ini adalah hari pertama (di Salatiga) bantuan pangan kita berikan, sudah dapat semua yang 10 kilo? Karena (bantuan pangan beras) ini sudah dimulai September Oktober November Desember (tahun 2023), sudah mulai. Jadi Januari Februari Maret kemudian April Mei Juni. Nah setelah Juni nanti, kita akan hitung-hitungan lagi, kalau APBN kita masih kuat, dilanjutkan. Kita berdoa bersama, semoga APBN kita kuat sehingga terus bisa dilakukan,” ucapnya.

Sementara itu, Kepala NFA Arief Prasetyo Adi mengatakan bantuan pangan beras ini dilaksanakan secara kolaboratif antara NFA, Perum Bulog, dan PT Pos Indonesia. Bantuan pangan beras kembali dijalankan pemerintah di tahun ini, dimana ketepatan penyaluran menjadi hal utama.

“Hari ini di Salatiga, ini tepatnya di Lapangan Bola Kecamatan Tingkir Salatiga. Badan Pangan Nasional bersama Bulog, tentunya juga bersama PT Pos Indonesia, mengirimkan bantuan pangan berupa beras. Hari ini sekitar 1.062 KPM, ini untuk pertama disini, di bulan Januari,” jelas Arief selepas mendampingi kunjungan RI-1.

“Bapak Presiden tadi menyampaikan bantuan pangan ini akan sampai Maret dan mungkin akan dilanjutkan sampai Juni. 22 juta KPM secara nasional, datanya dari Kemenko PMK. Terkait penerima baru, di tahun ini kurang lebih ada tambahan 8 persen dibandingkan tahun lalu. Kemudian Badan Pangan Nasional mengoordinasikan bersama Bulog untuk bisa dibagikan,” sambungnya.

Sebagaimana diketahui, data yang digunakan sebagai basis penerima dalam bantuan pangan beras tahun 2024 menggunakan data Pensasaran Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem (P3KE) yang diampu oleh Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK). Secara terperinci, total KPM sebanyak 22.004.077 yang terdiri dari kelompok desil 1 dengan jumlah 6.878.649 keluarga, desil 2 terdapat 7.474.796 keluarga, dan desil 3 sebanyak 7.650.632 keluarga.

Menyadur dari laman resmi Layanan Data P3KE, apabila dilihat berdasarkan jumlah individu, maka total individu dari kelompok desil 1 sampai 3 tercatat mencapai 89.297.037 individu. Detailnya antara lain desil 1 sebanyak 31.195.947 individu, desil 2 ada 29.719.175 individu, dan desil 3 sejumlah 28.381.915 individu. Data P3KE ini merupakan suatu sistem yang memuat data by name, by address, dan by Nomor Induk Kependudukan (NIK) yang berisi sekitar 80 persen penduduk, serta diurutkan berdasarkan peringkat kesejahteraannya.

“Kita bicara nasional ya, nasional itu saat ini stoknya 1,4 juta ton. Kemudian bantuan pangan ini kalau sebulan rata-rata (membutuhkan) 240-250 ribu ton se-Indonesia. Kemudian Bapak Presiden tentunya setiap minggu kita punya weekly meeting untuk memastikan stok itu tercukupi dan hampir semua gudang Bulog se-Indonesia itu kalau Pak Presiden visit mulai dari Jayapura, Biak, Kupang, Nagekeo, Manggarai Barat, Palembang, Padang, Lampung, semua kalau kita cek, semuanya punya stok. Jadi pendistribusiannya sudah merata se-Indonesia,” lanjutnya.

“Beras yang berkualitas baik dari Bulog sejumlah 10 kg tiap bulannya diberikan ke masing-masing keluarga, sehingga totalnya bisa sampai 89 juta orang lebih dalam sebulan. Ini merupakan masyarakat kita yang terbawah, saudara-saudara kita yang memerlukan sokongan untuk ekonominya. Jadi (bantalan ekonomi) itu telah diamankan oleh pemerintah,” tandasnya.

Lebih lanjut, Arief mengelaborasi relevansi antara upaya pemenuhan kebutuhan pangan nasional dengan pergerakan harga pangan di semua tingkatan rantai pasok. Idealnya pemenuhan stok pangan strategis bersumber dari produksi dalam negeri, namun jika terdapat proyeksi penurunan produksi, langkah antisipasi risiko harus diterapkan.

“Jadi pemenuhan kebutuhan pangan nasional sebaiknya dari dalam negeri. Tapi manakala kita memang sudah mengkalkulasi dan Badan Pusat Statistik sudah menyampaikan bahwa projection di bulan Januari Februari ini ada drop produksi dalam negeri, kita tak boleh mengambil risiko. Importasi perlu dilakukan, harus benar-benar dijaga, dan hanya masuk ke gudang Bulog,” ungkapnya.

“Dalam kondisi shortage seperti sekarang, kalau Bulog masuk melakukan penyerapan produksi beras dalam negeri, justru malah akan mendorong peningkatan harga. Ujung-ujungnya nanti di tingkat pembeli, daya belinya menurun dan akan memicu inflasi. Bulog masuk (menyerap) saat harga di tingkat petani sudah mulai menurun, misalnya saat sedang panen raya nanti,” papar Arief.