PURBALINGGA - Ketua MPR Bambang Soesatyo (Bamsoet) menekankan perlu adanya monitoring dan evaluasi untuk memastikan besarnya alokasi anggaran pendidikan 20 persen dari APBN yang jumlahnya mencapai Rp 660,8 triliun maupun 20 persen dari APBD, digunakan seoptimal mungkin untuk kesejahteraan guru. Mengingat terjaminnya kesejahteraan guru pada akhirnya akan berdampak positif pada peningkatan kualitas pendidikan dalam melahirkan sumberdaya manusia yang gemilang.
Sesuai amanat pembukaan UUD NRI Tahun 1945, tujuan kita bernegara salah satunya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Mewujudkannya harus terlebih dahulu dengan mensejahterakan para guru sebagai ujung tombak dalam sistem pendidikan nasional.
"Sehingga tidak ada lagi ditemui guru yang memiliki pekerjaan sampingan sebagai tukang ojek dan lainnya demi memenuhi kebutuhan dapurnya. Tidak lagi ditemui guru digaji hanya Rp 500 ribu. Justru seharusnya gaji guru sudah bukan lagi di atas UMR, melainkan di atas rata-rata gaji manager perusahaan nasional atau bahkan lebih besar dari itu," ujar Bamsoet dalam Sosialisasi 4 Pilar MPR RI hari ke-10 dalam kunjungannya ke Dapil-7 Jawa Tengah bersama Asosiasi Guru Pendidikan Agama Islam Indonesia (AGPAII) Kabupaten Purbalingga, Sabtu (27/1/23).
Ketua DPR RI ke-20 dan mantan Ketua Komisi III DPR RI bidang Hukum, HAM, dan Keamanan ini juga mengingatkan agar luhurnya nilai-nilai agama jangan sampai dikontaminasikan dengan politik pecah belah. Nilai-nilai agama, baik itu agama Islam maupun lainnya, justru harus dijadikan sebagai sumber inspirasi bagi para politisi dan pendukungnya dalam menjalankan politik yang mencerahkan.
"Khusus bagi pemeluk agama islam di Indonesia, kita harus menjadi contoh implementasi Islam yang rahmatan lil alamin. The Royal Islamic Strategic Studies Centre (RISSC) melaporkan, jumlah populasi muslim di Indonesia mencapai 240,62 juta jiwa pada tahun 2023, atau setara 86,7 persen dari populasi nasional yang totalnya 277,53 juta jiwa. Menempatkan Indonesia sebagai negara dengan populasi muslim terbanyak di Asia Tenggara, bahkan di dunia. Karena itu, wajah Islam Indonesia punya pengaruh besar terhadap wajah Islam dunia," jelas Bamsoet.
Dosen pascasarjana Universitas Pertahanan RI (UNHAN), Univetsitas Borobudur, Universitas Terbuka (UT) dan Universitas perwira Purbalingga (UNPERBA) serta Kepala Badan Polhukam KADIN Indonesia ini menerangkan, sebagai negara dengan mayoritas penduduk muslim, peran organisasi guru agama Islam seperti halnya AGPAII, menjadi faktor yang sangat menentukan dalam membentuk wajah dan citra Islam Indonesia. Khususnya dalam meredam aksi radikalisme, terorisme dan berbagai aksi kekerasan lainnya yang mengatasnamakan Islam.
"Para guru juga berperan penting dalam membangun moderasi dalam beragama, disamping meluruskan persepsi dan pemahaman yang sempit tentang agama Islam itu sendiri. Karenanya, organisasi guru agama Islam harus terus menjadi wadah dan sarana yang tepat untuk menjalin sinergi dan kolaborasi dengan segenap pemangku kepentingan dalam meluruskan citra Islam sebagai agama yang cinta damai," pungkas Bamsoet.