TBILISI - Perdana Menteri Georgia Irakli Garibashvili mengundurkan diri dari jabatannya pada hari Senin, 29 Januari 2024. Dia mengatakan ingin memberikan waktu penggantinya untuk mempersiapkan pemilihan parlemen yang dijadwalkan di negara Kaukasus Selatan pada bulan Oktober.
Garibashvili mengatakan dia malah ditawari pekerjaan sebagai pemimpin partai Georgian Dream yang berkuasa, sebuah langkah yang menurutnya akan dibahas pada kongres partai pada hari Kamis.
Media Georgia, termasuk saluran televisi yang berafiliasi dengan pemerintah dan oposisi, melaporkan bahwa Irakli Kobakhidze, pemimpin Georgian Dream saat ini, akan menggantikan Garibashvili sebagai perdana menteri, hal ini dikonfirmasi kepada Reuters oleh sumber yang dekat dengan partai tersebut.
Kornely Kakachia, direktur lembaga pemikir Institut Politik Georgia, mengatakan pergantian perdana menteri tidak berarti perubahan kebijakan dan terutama bertujuan untuk menopang blok pemerintahan menjelang pemilu.
Kakachia mengatakan bahwa Kobakhidze telah mendapatkan reputasi atas "retorika radikal" terhadap lawan-lawan pemerintah.
Jajak pendapat menunjukkan Georgian Dream sejauh ini merupakan partai paling populer di negara itu, tetapi telah kehilangan dukungan sejak tahun 2020, ketika partai tersebut memenangkan mayoritas tipis di badan legislatif.
Georgia pada bulan Desember telah mencapai tujuan lamanya untuk mendapatkan status kandidat Uni Eropa, bahkan ketika hubungan dengan negara-negara Barat sedang tegang karena tuduhan kecenderungan otoriter dan semakin eratnya hubungan Georgia dengan Rusia.
Di bawah kepemimpinan Garibashvili, Georgia menolak menjatuhkan sanksi terhadap Rusia atas perangnya di Ukraina, dan juga memulihkan hubungan udara langsung ke Rusia untuk pertama kalinya sejak 2019.
Georgian Dream mengatakan mereka mendukung keanggotaan Uni Eropa dan NATO, yang keduanya sangat populer di Georgia.
Rusia, yang pasukannya ditempatkan di dua wilayah Georgia yang memisahkan diri, menentang bergabungnya Georgia ke NATO.