• Bisnis

Desa B2SA, Langkah Kongkrit Ubah Pola Pangan Lebih Berkualitas

Eko Budhiarto | Selasa, 30/01/2024 20:25 WIB
Desa B2SA, Langkah Kongkrit Ubah Pola Pangan Lebih Berkualitas Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi dalam kunjungan kerja ke Desa B2SA di Kelurahan Jatimulyo Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, Yogyakarta pada Selasa (30/1/2024).(foto:NFA)

BANTUL – Kepala Badan Pangan atau National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi menyatakan, pengembangan Desa B2SA merupakan langkah kongkrit mengubah pola konsumsi pangan yang lebih berkualitas. Pengembangan ini juga bagian dari kampanye dan sosialisasi konsumsi pangan Beragam, Bergizi Seimbang dan Aman atau B2SA.

"Salah satu implementasi yang dilakukan Badan Pangan Nasional adalah melalui kegiatan Pengembangan Desa B2SA. Kegiatan ini memiliki 3 komponen, yaitu Teras Pangan B2SA, Gerai Pangan B2SA dan Rumah Pangan B2SA, yang masing- masing komponen ini menguatkan sistem pangan dari hulu hingga hilir, mulai dari ketersediaan, aksesibilitas dan pemanfaatan/konsumsi pangan yang merupakan miniatur ketahanan pangan di desa," ujar Arief dalam kunjungan kerjanya ke Desa B2SA di Kelurahan Jatimulyo Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, Yogyakarta pada Selasa (30/1/2024). 

"Kualitas konsumsi pangan ini harus kita tingkatkan, ya salah satunya dengan mengembangkan desa B2SA ini, sehingga manakala asupan pangan beragam bergizi seimbang terpenuhi, ini juga tentu akan mendukung percepatan penurunan stunting," tambahnya. 

Percepatan penurunan stunting merupakan salah satu program prioritas nasional sebagaimana arahan Presiden Joko Widodo. Melalui Perpres Nomor 72 tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting, penurunan stunting ditargetkan sebesar 14% pada tahun 2024. Adapun pada tahun 2022 prevalensi stunting berada di angka 21,6 persen.

Dalam kesempatan tersebut Plt. Kadis Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi DI Yogyakarta Heru Sulistiyo Hermawan mengatakan, kegiatan Desa B2SA memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat sebagai intervensi untuk meningkatkan ketahanan pangan.

"Teras pangan sudah dikembangkan secara baik di 2 lokasi  di Provinsi Yogyakarta. Jadi memang digunakan untuk budidaya sayuran, ikan, dan juga ternak ayam yang telurnya bisa digunakan sebagai sumber protein hewani. Sementara gerai pangan diarahkan untuk menjual hasil panen dari masyarakat kita sehingga memberikan manfaat ekonomis. Sementara rumah pangan B2SA berfungsi sebagai sarana intervensi langsung kepada sasaran dalam rangka penurunan stunting dan gizi buruk melalui pemberian makanan tambahan dengan menu pangan B2SA berbasis kearifan lokal," papar Heru.

Lurah Jatimulyo Mukidi mengungkapkan, pemberian makanan tambahan untuk anak-anak melalui aktivitas rumah pangan B2SA memiliki dampak positif dalam mendukung upaya penurunan stunting.

"Di rumah pangan B2SA ini dilakukan pemberian makanan 3 kali seminggu selama tiga bulan di Balai Kelurahan Jatimulyo. Dan juga ada kegiatan mengukur gizi dan kesehatan anak. Kami punya 40 anak stunting dan saat ini angkanya menurun menjadi 32 anak," ungkapnya.

Lebih lanjut Arief berharap, kegiatan ini terus dikembangkan dan direplikasi di berbagai daerah.

"Saya harapkan kegiatan pengembangan desa B2SA di Jatimulyo ini terus berjalan minimal 3 tahun untuk mempercepat penurunan stunting, sehingga menjadi percontohan dan dapat direplikasi di lokasi lainnya tidak hanya di Yogyakarta tapi di seluruh daerah. Yang paling penting itu intervensi yang dilakukan seperti hari ini, yang benar-benar menyentuh masyarakat secara langsung," ungkap Arief.

"Kita terus kampanyekan makan enak makan sehat makan B2SA ke seluruh daerah. Tidak hanya itu, program pengembangan Desa B2SA menjadi langkah konkrit untuk mengubah pola pangan menjadi lebih berkualitas. Bukan hanya sosialisasi dan edukasi tapi juga terlibat langsung dalam rantai proses penyediaan hingga konsumsi pangan tersebut," tambahnya.

Adapun kegiatan Desa B2SA pada tahun 2023 telah dikembangkan di 75 lokasi dengan perincian 5 lokasi percontohan di Sumatra Utara, Aceh, Bengkulu, Nusa Tenggara Timur, dan Kalimantan Tengah. Sementara 70 lokasi lainnya difokuskan pada daerah rentan rawan pangan dan daerah penanganan stunting yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia. Untuk tahun 2024 NFA memfokuskan pada pengembangan rumah pangan B2SA di 175 lokasi yang tersebar di 32 provinsi, dengan fokus pada daerah rentan rawan pangan serta daerah penanganan stunting.

Turut hadir dalam kesempatan tersebut, Penasihat Dharma Wanita Persatuan NFA Neila Aisha Arief, Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan I Gusti Ketut Astawa, Direktur Penganekaragaman Konsumsi Pangan NFA Rinna Syawal, perwakilan BKKBN Provinsi D.I. Yogyakarta, serta PKK Kecamatan Dlingo, jajaran pemerintah Kecamatan Dlingo serta para ibu rumah tangga beserta anak di Kelurahan Jatimulyo sebagai sasaran penerima manfaat.