JAKARTA - Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid (HNW) menyambut baik rencana OIC (Organization of Islamic Cooperation) Youth Indonesia menyelenggarakan International Youth Summit yang digelar pada 28-29 September 2024 mendatang.
Penyelenggaraan International Youth Summit ini memberi ruang bagi anak muda untuk berkiprah dan membuktikan bahwa anak-anak muda termasuk Indonesia, layak dipercaya untuk menyelenggarakan event di tingkat lokal maupun internasional.
"Dalam konteks Indonesia juga untuk membuktikan pada dunia bahwa pemuda Indonesia mampu untuk membersamai beragam gerak dunia internasional termasuk terkait OIC, karena latar belakang didirikannya OIC sangat jelas, yaitu mendukung Palestina atas kejahatan penjajahan Israel termasuk pembakaran mereka atas masjid Al Aqsha," kata HNW dalam keterangannya, Kamis (18/7).
Keterangan itu, HNW sampaikan ketika menerima audiensi OIC Youth Indonesia, di Komplek Parlemen Jakarta, Selasa (16/7). Dalam audiensi ini perwakilan OIC Youth Indonesia mengundang HNW sebagai pembicara dalam International Youth Summit.
Menurut HNW, apa yang dilakukan OIC dalam konteks Indonesia merupakan hal yang prinsip. Sebab, Indonesia termasuk salah satu pendiri OIC, dan OIC dulu didirikan sebagai respons negara-negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam akibat terjadinya kejahatan Israel dengan membakar Masjid Al Aqsa.
"Sampai hari ini Masjid Al Aqsa bukan lebih bagus dibanding saat itu. Israel semakin jahat dan nasib Masjid Al Aqsa semakin mengkhawatirkan. Ditambah kejahatan-kejahatan penjajahan Israel yang makin meluas dan makin brutal melanggar hukum-hukum internasional termasuk isolasi dan genosida yang diberlakukan Israel terhadap Palestina, dibanding pada tahun 1969 saat OIC didirikan," katanya.
"Maka OIC dan Palestina di dalamnya semestinya memang harus semakin bersatu padu untuk mewujudkan cita-cita OIC sesuai akta pendiriannya, dalam konteks ini menyelamatkan Masjid Al Aqsa, dan kemerdekaan Palestina,” sambungnya.
Karena itu, dalam kontek Indonesia, HNW mengharapkan Indonesia yang ikut mendirikan IOC agar berkontribusi lebih kuat lagi dengan mendorong dan mengingatkan seluruh negara anggota OKI untuk semakin bersatu padu.
Apalagi, kata HNW, negara-negara non Islam dan non OIC lebih tegas penyikapannya membela Palestina. Misalnya, Brasil yang mengusir bangsa Israel, Chili yang menarik duta besarnya dari Israel, Bolivia yang memutus hubungan dengan Israel, Spanyol yang mengajak negara-negara Eropa untuk mengakui negara Palestina.
HNW menyetujui bahwa diantara kunci kemenangan di Gaza Palestina adalah kalau faksi-faksi di Palestina bersatu, terutama Fatah dan Hamas. Dalam upaya ini, Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla sudah bertemu dengan Pimpinan tertinggi Hamas di Qatar, dan mengajak rekonsiliasi dengan Fatah.
"Beberapa negara juga sudah mengupayakan. China sudah mengundang ke Beijing, dan mereka datang. Presiden Rusia juga mengundang ke Moskow, mereka datang. Tapi belum ada hasil yang efektif seperti diharapkan," katanya.
Karena itu, HNW menambahkan perlu terobosan yang lebih kuat. "Kalau Indonesia yang mengundang pimpinan Hamas dan Fatah maka diharapkan akan lebih efektif. Karena mereka semua menghormati Indonesia. Mereka percaya Indonesia. Negara Barat percaya Indonesia. Negara Timur Tengah percaya Indonesia," katanya.
"Karenanya berkali-kali saya menyampaikan alangkah lebih baik pemerintah Indonesia mengundang Hamas dan Fatah untuk rekonsiliasi di Jakarta sehingga genosida bisa diakhiri, kejahatan Israel juga bisa diakhiri, dan hutang mensejarah Indonesia yaitu kemerdekaan Palestina dapat dibayar lunas. Saya usulkan agar hal ini juga disuarakan pada saat kegiatan International Youth Summit OIC nanti," kata HNW.
HNW melanjutkan penyelenggaraan International Youth Summit ini bisa menjadi momentum untuk mengingatkan anak-anak muda tentang sejarah OIC.
"Sebagai pemuda, sebagai OIC, semangat berdirinya organisasi ini luar biasa, sampai hari ini OIC masih eksis. Artinya, kita mengerti tentang idealismenya, sejarahnya, kita mengerti tentang Indonesia dan masalahnya. Karenanya berkontribusilah. Jangan kita berkontribusi untuk semakin membuat orang apatis, pesimis, cemas, lemas," katanya.
Dalam konteks Indonesia, lanjut HNW, penyelenggaraan International Youth Summit pada bulan September mengingatkan pada Gerakan 30 September, Partai Komunis Indonesia (PKI). "Artinya anak-anak muda penting untuk disegarkan ingatan mereka, jati diri mereka, dalam konteks Indonesia, sehingga tidak mudah terbawa ideologi-ideologi yang menyimpang dari Indonesia kita," pungkasnya.