Brasil Selidiki Penumpukan Es pada Kecelakaan Pesawat yang Tewaskan 62 Orang

Yati Maulana | Minggu, 08/09/2024 14:10 WIB
Brasil Selidiki Penumpukan Es pada Kecelakaan Pesawat yang Tewaskan 62 Orang Pemandangan dari drone menunjukkan orang-orang bekerja di lokasi kecelakaan pesawat di Vinhedo, Sao Paulo, Brasil, 10 Agustus 2024. REUTERS

BRASILIA - Laporan awal mengenai kecelakaan pesawat terbang pada bulan Agustus di Brasil menemukan tanda-tanda penumpukan es pada pesawat tetapi tidak ada penyebab pasti kecelakaan tersebut, kata Pusat Penelitian dan Pencegahan Kecelakaan Penerbangan (Cenipa) negara itu pada hari Jumat.

Dokumen tersebut menunjukkan bahwa detektor lapisan es telah diaktifkan di pesawat milik maskapai Voepass, dan seorang pejabat Cenipa mengatakan dalam konferensi pers bahwa rekaman kokpit menunjukkan kopilot mengatakan ada "banyak lapisan es" selama penerbangan.

Menurut para penyelidik, komentar itu menunjukkan bahwa sistem anti-es pesawat mungkin telah gagal, tetapi Cenipa mengatakan bahwa informasi tersebut masih perlu dikonfirmasi.

Tiga ahli yang diwawancarai oleh Reuters menyatakan bahwa lapisan es mungkin berperan dalam kecelakaan itu, tetapi mendesak kehati-hatian karena laporan tersebut masih awal dan kecelakaan disebabkan oleh banyak faktor.

Pesawat ATR-72 dari maskapai lokal Voepass berputar di luar kendali sebelum jatuh ke tanah pada 9 Agustus, menewaskan semua 62 orang di dalamnya.

Menurut Cenipa, penyelidikan atas kecelakaan itu mungkin akan berlangsung selama lebih dari setahun. Pakar keselamatan penerbangan AS Anthony Brickhouse mengatakan: "Semua yang saya baca dari laporan hari ini konsisten dengan lapisan es, tetapi kecelakaan jarang disebabkan oleh satu kejadian tunggal."

Menurut para pejabat, peringatan kehilangan kecepatan telah dikeluarkan, tetapi kru ATR tidak pernah mengumumkan situasi darurat sebelum pesawat itu jatuh ke tanah. Pejabat Cenipa pada hari Jumat juga mengatakan bahwa mereka masih belum jelas mengapa sebuah pesawat dengan semua sertifikasi yang diperlukan akhirnya kehilangan kendali dan jatuh.

"Yang kami tahu adalah bahwa pesawat itu terbang di daerah dengan kondisi lapisan es yang parah," kata letnan kolonel Paulo Froes.

Maskapai itu mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa laporan tersebut mengonfirmasi bahwa pesawat dan pilotnya telah disertifikasi dengan benar, dan menambahkan bahwa sistem yang dibutuhkan ATR sedang beroperasi. Perusahaan itu menambahkan bahwa perusahaan akan terus bekerja sama dengan investigasi tersebut.