JAKARTA- Kereta api di Indonesia memiliki sejarah panjang yang dimulai pada era kolonial Belanda. Transportasi kereta api telah memainkan peran penting dalam perkembangan ekonomi dan sosial di Indonesia. Berikut adalah garis besar perjalanan sejarah kereta api di Indonesia.
1. Awal Pembangunan Kereta Api di Era Kolonial
Pada 1864, pemerintah kolonial Belanda memulai pembangunan rel kereta api pertama di Indonesia untuk mengangkut hasil bumi seperti gula, kopi, dan tembakau.
Jalur kereta api pertama kali dibangun di Pulau Jawa, menghubungkan Semarang dan Tanggung. Rel sepanjang 25 kilometer ini selesai pada 10 Agustus 1867 dan dikelola oleh perusahaan swasta bernama Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS).
Selama periode ini, banyak jalur kereta api baru dibangun, terutama di Jawa dan Sumatera, untuk mendukung sektor perkebunan yang menjadi tulang punggung perekonomian Belanda di Nusantara.
Di Jawa, rel kereta terus berkembang hingga menghubungkan kota-kota besar seperti Yogyakarta, Surabaya, dan Bandung.
2. Perkembangan di Awal Abad ke-20
Pada awal abad ke-20, perusahaan-perusahaan kereta api lainnya bermunculan di Indonesia, seperti Staatsspoorwegen (SS), yang merupakan milik pemerintah Hindia Belanda.
Perusahaan-perusahaan ini membuka rute-rute baru untuk meningkatkan mobilitas penduduk dan transportasi barang di wilayah-wilayah strategis.
Kereta api menjadi sarana transportasi massal yang efektif dan mulai diakses oleh masyarakat umum. Pemerintah Belanda juga memperluas jaringan kereta hingga ke luar Jawa, dengan jalur yang dibangun di Sumatera dan Sulawesi.
3. Masa Pendudukan Jepang (1942-1945)
Pada masa pendudukan Jepang, banyak infrastruktur kereta api yang rusak dan diambil alih untuk keperluan militer. Jepang membangun beberapa jalur tambahan untuk mendukung kepentingan perang.
Namun, kondisi kereta api mengalami penurunan signifikan karena kurangnya perawatan dan pemakaian yang berlebihan.
Salah satu proyek terkenal Jepang adalah pembangunan jalur maut dari Muaro ke Pekanbaru sepanjang 220 km di Sumatera. Pekerjaan ini menewaskan ribuan tenaga kerja paksa (romusha) akibat kondisi kerja yang sangat berat dan kurangnya makanan serta fasilitas kesehatan.
4. Pasca Kemerdekaan dan Nasionalisasi (1945-1950-an)
Setelah Indonesia merdeka, pada 28 September 1945, para pekerja kereta api mengambil alih seluruh aset kereta api dari tangan Jepang.
Tanggal ini kemudian diperingati sebagai Hari Kereta Api Indonesia. Pada 1950, pemerintah Indonesia melakukan nasionalisasi aset-aset kereta api yang sebelumnya dikelola oleh Belanda dan Jepang.
Semua aset kereta api di bawah manajemen Djawatan Kereta Api Republik Indonesia (DKARI), yang kemudian berganti nama menjadi Perusahaan Negara Kereta Api (PNKA) dan akhirnya PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI seperti saat ini.
5. Era Modernisasi dan Perkembangan Infrastruktur
Memasuki tahun 1980-an, kereta api mulai beralih dari lokomotif uap ke lokomotif diesel dan listrik. Pemerintah terus melakukan modernisasi dan peremajaan infrastruktur untuk meningkatkan kualitas layanan.
Sejak 2000-an, PT KAI mulai mengembangkan kereta api komuter dan kereta api cepat yang mampu melayani mobilitas masyarakat dengan efisiensi lebih tinggi.
Jalur komuter seperti KRL di Jabodetabek, serta rencana pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung adalah contoh nyata dari modernisasi transportasi kereta di Indonesia.
Kereta api menjadi alternatif transportasi yang semakin diminati karena terjangkau, cepat, dan ramah lingkungan. Rencana untuk membangun jaringan kereta api di luar Jawa, termasuk di Kalimantan dan Sulawesi, menunjukkan komitmen pemerintah untuk mengembangkan transportasi kereta di Indonesia.