Mengenal Sunda Wiwitan, Kepercayaan Asli Tanah Pasundan

M. Habib Saifullah | Selasa, 26/11/2024 10:15 WIB
Mengenal Sunda Wiwitan, Kepercayaan Asli Tanah Pasundan Ilustrasi, suku baduy menjadi salah satu penganut kepercayaan Sunda Wiwitan (Foto: Kemenperekraf)

JAKARTA - Sunda Wiwitan ialah kepercayaan asli masyarakat Sunda yang berakar dari budaya dan spiritualitas leluhur. Nama "Sunda Wiwitan" berarti "Sunda yang Asal" atau "Sunda yang Pertama,."

Hal itu merujuk pada keyakinan yang memuliakan hubungan harmonis antara manusia, alam, dan Sang Hyang Kersa (Tuhan Yang Maha Esa). Kepercayaan ini telah diwariskan secara turun-temurun oleh masyarakat Sunda, terutama di wilayah Banten dan Jawa Barat.

Sejarah Sunda Wiwitan

Kepercayaan Sunda Wiwitan berasal dari era pra-Hindu-Buddha, ketika masyarakat Sunda hidup dengan sistem keyakinan animisme dan dinamisme. Pada masa itu, mereka memuja roh leluhur dan kekuatan alam sebagai bagian dari kehidupan spiritual.

Dengan masuknya pengaruh Hindu-Buddha sekitar abad ke-4, ajaran Sunda Wiwitan mulai terintegrasi dengan nilai-nilai religius baru, tanpa meninggalkan akar tradisi leluhur.

  • Masa Kerajaan Sunda Pajajaran: Pada masa Kerajaan Sunda Pajajaran (abad ke-7 hingga abad ke-16), Sunda Wiwitan menjadi kepercayaan utama masyarakat Sunda. Raja-raja Sunda Pajajaran dihormati sebagai pemimpin spiritual sekaligus pemimpin politik yang menjaga ajaran ini.
  • Era Kolonial Belanda: Ketika Belanda menjajah Indonesia, kepercayaan Sunda Wiwitan mengalami tekanan akibat penyebaran agama-agama besar seperti Kristen dan Islam. Meski demikian, komunitas Sunda Wiwitan terus melestarikan tradisinya dalam bentuk tertutup.
  • Pasca Kemerdekaan: Setelah kemerdekaan Indonesia, Sunda Wiwitan diakui sebagai salah satu aliran kepercayaan di Indonesia. Komunitas ini tetap aktif menjalankan tradisi leluhur mereka hingga sekarang, terutama di wilayah Kanekes (Baduy) dan Kuningan.

Ajaran Utama Sunda Wiwitan

Sunda Wiwitan berpusat pada keyakinan kepada Sang Hyang Kersa, yang berarti "Yang Maha Kuasa." Berikut adalah prinsip utama dalam ajaran Sunda Wiwitan:

  1. Keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa: Sang Hyang Kersa dipandang sebagai pencipta alam semesta dan segala isinya.
  2. Harmoni dengan Alam: Sunda Wiwitan mengajarkan pentingnya menjaga keseimbangan dengan alam. Hutan, air, dan tanah dianggap suci dan harus dijaga dengan baik.
  3. Penghormatan kepada Leluhur: Leluhur dipandang sebagai penjaga nilai-nilai spiritual yang harus dihormati melalui ritual dan doa.
  4. Kesederhanaan dan Kebersamaan: Kehidupan yang sederhana, tidak serakah, dan menghormati komunitas adalah nilai utama dalam kehidupan sehari-hari penganut Sunda Wiwitan.

Ritual Sunda Wiwitan sering dilakukan di tempat-tempat suci seperti Leuweung Larangan (hutan keramat), mata air, dan situs megalitik. Tradisi ini meliputi doa, meditasi, dan persembahan kepada Sang Hyang Kersa dan leluhur.

Peran Sunda Wiwitan dalam Kehidupan Modern

Meski jumlah penganut Sunda Wiwitan terus menurun karena banyak masyarakat Sunda yang beralih ke agama-agama besar, nilai-nilai ajaran Sunda Wiwitan tetap relevan dalam kehidupan modern.

Konsep harmoni dengan alam dan penghormatan kepada leluhur menjadi inspirasi dalam pelestarian lingkungan dan pengembangan budaya lokal.

Pemerintah Indonesia juga mulai memberikan pengakuan kepada penganut Sunda Wiwitan sebagai bagian dari aliran kepercayaan. Melalui keputusan Mahkamah Konstitusi tahun 2017, penganut Sunda Wiwitan kini dapat mencantumkan kepercayaannya di Kartu Tanda Penduduk (KTP).