JAKARTA - Dalam berbagai budaya dan tradisi, sisi kanan sering kali diasosiasikan dengan kebaikan, kemuliaan, dan hal-hal yang positif. Hal ini tidak hanya tercermin dalam bahasa dan ungkapan, tetapi juga dalam ajaran agama, simbolisme budaya, dan persepsi psikologis. Lalu, mengapa sisi kanan memiliki predikat yang begitu kuat dengan kebaikan? Berikut beberapa alasannya:
1. Pengaruh Tradisi Agama
Banyak agama di dunia mengasosiasikan sisi kanan dengan kebaikan, kepatuhan, dan kehormatan. Tradisi ini mengakar dalam praktik keagamaan sehari-hari, sehingga sisi kanan menjadi simbol dari sesuatu yang baik dan benar Misalnya:
- Islam: Orang yang beriman digambarkan akan menerima catatan amal baiknya dengan tangan kanan pada Hari Penghakiman (Quran, Surat Al-Haqqah: 19). Sebaliknya, tangan kiri diasosiasikan dengan orang-orang yang celaka.
- Kristen: Kitab Suci menggambarkan Yesus Kristus duduk di sebelah kanan Allah, yang melambangkan kehormatan tertinggi (Matius 25:33). Selain itu, domba yang berada di sisi kanan Yesus dianggap sebagai orang benar.
- Hindu: Tangan kanan digunakan untuk melakukan tindakan suci, seperti memberikan persembahan atau menerima makanan dari Tuhan.
2. Mayoritas yang Menggunakan Tangan Kanan
Sebagian besar populasi manusia (sekitar 90%) menggunakan tangan kanan sebagai tangan dominan. Dalam sejarah manusia, tangan kanan digunakan untuk aktivitas positif seperti makan, bekerja, dan berjabat tangan.
Sebaliknya, tangan kiri sering digunakan untuk tugas-tugas yang dianggap kurang bersih. Predikat ini menciptakan persepsi sosial bahwa kanan adalah yang "baik" atau "benar."
3. Simbolisme dalam Bahasa
Dalam banyak bahasa, kata "kanan" memiliki makna yang berkaitan dengan kebaikan atau kebenaran. Contohnya:
- Dalam bahasa Inggris, kata "right" berarti "kanan" sekaligus "benar."
- Dalam bahasa Latin, kata dexter (kanan) juga berarti "terampil" atau "baik," sementara sinister (kiri) memiliki konotasi negatif, seperti "jahat" atau "mencurigakan."
- Dalam bahasa Indonesia, ungkapan seperti "jalan yang benar" sering kali digambarkan sebagai "jalan yang lurus" atau "ke kanan."
4. Pengaruh Psikologis dan Neurologis
Beberapa studi menunjukkan bahwa otak manusia memiliki kecenderungan neurologis untuk mengaitkan kanan dengan hal positif. Hal ini menunjukkan bahwa preferensi kanan mungkin memiliki dasar evolusioner atau biologis, sebagai contoh:
- Penelitian tentang Preferensi Ruang: Ketika diminta memilih antara dua opsi, orang cenderung memilih opsi yang terletak di sisi kanan, terutama jika mereka dominan tangan kanan.
- Psikologi Sosial: Dalam eksperimen, responden lebih sering mengaitkan objek di sisi kanan dengan hal positif dan di sisi kiri dengan hal negatif.
5. Pengaruh Etiket dan Kebiasaan
Dalam kehidupan sehari-hari, etiket sering kali memperkuat simbolisme kanan, kebiasaan ini membentuk pola pikir masyarakat bahwa kanan adalah sisi yang benar dan positif, seperti:
- Dalam banyak budaya, orang berjabat tangan menggunakan tangan kanan sebagai tanda hormat.
- Jalur kanan sering dianggap sebagai jalur "benar" di banyak sistem lalu lintas.