• News

Sembilan Pengunjuk Rasa Turki Ditahan karena Tuduh Erdogan Ekspor Minyak ke Israel

Yati Maulana | Selasa, 03/12/2024 21:05 WIB
Sembilan Pengunjuk Rasa Turki Ditahan karena Tuduh Erdogan Ekspor Minyak ke Israel Presiden Turki Tayyip Erdogan menghadiri upacara penyerahan kendaraan baru kepada polisi dan pasukan gendarmerie di Istanbul, Turki, 20 September 2024. REUTERS

ANKARA - Pengadilan Turki telah memenjarakan sembilan pengunjuk rasa yang sedang menunggu persidangan yang mengganggu pidato Presiden Tayyip Erdogan di Istanbul minggu lalu. Mereka menuduh pemerintahnya melanjutkan ekspor minyak ke Israel meskipun ada embargo yang dipublikasikan.

Insiden itu terjadi selama pidato Erdogan yang disiarkan televisi di sebuah forum pada hari Jumat, di mana para pengunjuk rasa mengatakan pemerintah gagal menegakkan retorika pro-Palestina.

Mereka meneriakkan slogan-slogan seperti "Kapal-kapal membawa bom ke Gaza" dan "Hentikan pemicu genosida".

Erdogan menanggapi dengan tegas.
"Anakku, jangan jadi corong kaum Zionis di sini. Tidak peduli seberapa keras kamu mencoba memprovokasi dengan bertindak sebagai suara, mulut, dan mata mereka, kamu tidak akan berhasil," katanya.

"Kaum Zionis di seluruh dunia tahu betul di mana posisi Tayyip Erdogan. Namun, tampaknya kamu masih belum mengerti."

Polisi mengeluarkan para demonstran dari acara tersebut, dan jaksa mendakwa mereka dengan tuduhan menghina presiden dan berpartisipasi dalam demonstrasi ilegal.

Kantor Kepala Kejaksaan Umum Istanbul mengatakan kelompok tersebut telah mengoordinasikan tindakan mereka di dalam dan di luar tempat tersebut dan meminta agar mereka ditahan sambil menunggu persidangan.

Penangkapan tersebut menuai kritik keras dari politisi oposisi dan pembela hak asasi manusia. Pemimpin oposisi utama Partai Rakyat Republik (CHP) Ozgur Ozel mengecam penahanan tersebut sebagai pukulan bagi demokrasi.

"Keputusan untuk menangkap sembilan orang muda yang memprotes Tayyip Erdogan membuktikan betapa seriusnya demokrasi negara kita," kata Ozel.

"Orang-orang muda ini sedang menjalankan hak mereka untuk berekspresi secara bebas dan harus segera dibebaskan."