JAKARTA - Sepanjang sejarah, umat Muslim telah mengalami berbagai tragedi pembantaian yang mengakibatkan penderitaan mendalam.
Konflik politik, diskriminasi, dan kebencian terhadap Islam telah menyebabkan berbagai aksi kekerasan yang menewaskan ribuan hingga jutaan orang.
Tragedi-tragedi ini tidak hanya merenggut nyawa, tetapi juga meninggalkan dampak sosial, kemanusiaan, hingga politik yang berkepanjangan dan berkembang luas.
Sejumlah pembantaian terhadap umat Muslim terjadi di berbagai belahan dunia, baik dalam bentuk genosida, pembersihan etnis, maupun serangan terorganisir yang dilakukan oleh kelompok tertentu atau negara.
Peristiwa-peristiwa ini menjadi salah satu indikator Islamofobia dan ketegangan sektarian masih menjadi masalah besar yang harus diselesaikan dengan dialog dan keadilan.
Berikut ini enam peristiwa pembantaian paling buruk yang menargetkan umat Muslim di dunia
Pada Juli 1995, dalam perang Bosnia, lebih dari 8.000 pria dan anak laki-laki Muslim Bosnia (Bosniak) dibantai oleh pasukan Serbia Bosnia di kota Srebrenica.
Tragedi ini terjadi di zona yang seharusnya dilindungi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), tetapi pasukan PBB gagal mencegah genosida tersebut.
Serangan brutal ini menjadi pembantaian terbesar di Eropa sejak Perang Dunia II. Jenazah para korban ditemukan di kuburan massal yang tersebar di berbagai lokasi.
Peristiwa ini akhirnya diakui sebagai genosida oleh Mahkamah Internasional dan menjadi simbol ketidakmampuan dunia dalam melindungi umat Muslim dari kejahatan perang.
Pada November 1947, di tengah konflik antara India dan Pakistan, terjadi pembantaian besar-besaran terhadap umat Muslim di Jammu, India.
Pasukan yang setia kepada penguasa Hindu setempat, Maharaja Hari Singh, bersama dengan milisi bersenjata, membunuh sekitar 20.000 hingga 237.000 Muslim dalam rentang waktu dua bulan.
Selain pembunuhan massal, sekitar 500.000 Muslim terpaksa mengungsi ke Pakistan untuk menyelamatkan diri. Pembantaian ini menjadi salah satu tragedi terbesar dalam sejarah India-Pakistan yang hingga kini masih menyisakan ketegangan antara kedua negara.
Pada Februari 2002, di negara bagian Gujarat, India, terjadi gelombang kekerasan terhadap Muslim yang dipicu oleh insiden pembakaran kereta di Godhra, yang menewaskan 59 peziarah Hindu.
Akibatnya, kelompok-kelompok ekstremis Hindu melakukan serangan brutal terhadap komunitas Muslim di Gujarat.
Dalam pembantaian ini, sekitar 1.000 hingga 2.000 Muslim tewas, ribuan rumah dan masjid dihancurkan, serta banyak wanita Muslim menjadi korban pemerkosaan.
Hingga kini, tragedi Gujarat masih menjadi perdebatan besar mengenai peran pemerintah India dalam menangani konflik sektarian.
Umat Muslim Rohingya di Myanmar telah lama mengalami diskriminasi dan penganiayaan. Namun, pada 2017, militer Myanmar melancarkan operasi pembersihan etnis yang menyebabkan lebih dari 24.000 orang dibunuh, sementara lebih dari 700.000 Muslim Rohingya melarikan diri ke Bangladesh untuk mencari perlindungan.
PBB menyebut peristiwa ini sebagai pembersihan etnis, dan laporan hak asasi manusia mengungkap adanya pembunuhan massal, pembakaran desa, pemerkosaan sistematis, dan berbagai kekejaman lainnya.
Pada 16-18 September 1982, terjadi pembantaian brutal terhadap pengungsi Palestina dan Muslim Lebanon di kamp Sabra dan Shatila di Beirut, Lebanon.
Milisi Kristen Phalangis, dengan dukungan tentara Israel, memasuki kamp dan melakukan pembunuhan terhadap sekitar 3.500 orang, termasuk wanita, anak-anak, dan orang tua.
Pembantaian ini dilakukan setelah Israel menguasai Beirut Barat selama Perang Saudara Lebanon. Dunia mengecam peristiwa ini, dan Perdana Menteri Israel saat itu, Ariel Sharon, dianggap bertanggung jawab secara tidak langsung atas tragedi tersebut.
Tragedi pembantaian terhadap Muslim di Palestina adalah konflik yang berlangsung selama puluhan tahun, di mana warga Palestina mengalami serangan brutal dari militer Israel.
Sejak pendudukan Israel pada tahun 1948, ribuan Muslim Palestina telah menjadi korban, baik dalam serangan militer, pengusiran paksa, maupun blokade yang menyebabkan penderitaan besar.
Salah satu peristiwa paling berdarah adalah serangan terhadap Gaza pada tahun-tahun terakhir, di mana ratusan hingga ribuan warga sipil, termasuk anak-anak, menjadi korban serangan udara dan darat Israel.
Dunia internasional terus mendesak solusi damai, tetapi hingga kini, pembantaian terhadap Muslim Palestina masih berlangsung tanpa penyelesaian yang jelas.