JAKARTA - Lemper merupakan jajanan tradisional yang populer di Indonesia.
Penganan ini terbuat dari ketan serta diisi oleh cincangan atau suwiran daging. Bisa juga diisi dengan abon.
Makanan yang dibungkus dengan daun pisang ini seringkali dipilih menjadi sajian dalam berbagai acara resmi maupun santai.
Ada sejumlah fakta menarik yang melatarbelakangi sehingga sampai saat ini Lemper tetap menjadi primadona dalam berbagai kesempatan.
Tidak ada kejelasan siapa dan darimana asal mula Lemper diciptakan. Yang jelas makanan ini sangat kental dengan budaya Jawa, khususnya di Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Dulunya saat harga daging masih terbilang sangat mahal, Lemper justru dibuat dengan isian kelapa muda parut yang telah dibumbui.
Namun seiring berjalannya waktu, makanan tersebut telah diisi dengan berbagai cincangan daging seperti ayam, sapi, dan ikan.
Filosofis asal kata Lemper
Pernah mendengar kalimat "Yen dilem, ojo memper"?
Wejangan Jawa tersebut merupakan kepanjangan dari Lemper. Walaupun kalimatnya singkat, namun maknanya begitu dalam.
Bila diartikan dalam bahasa Indonesia, kurang lebih begini artinya:
Yen dilem = bila disanjung
ojo memper= jangan takabur
Jadi maksud dari nasihat tersebut adalah mengingatkan kita untuk tetap rendah hati walaupun kita telah mendapat sanjungan.
Disajikan saat upacara sakral
Lemper juga kerap kali terlibat dalam upacara sakral di beberapa daerah Jawa.
Salah satu yang populer adalah upacara rebo pungkasan yang digelar di Desa Wonokromo, Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul.
Menariknya, dalam upacara tersebut terdapat kirab lemper raksasa dengan panjang 2,5 meter serta berdiameter 0,5 meter. Selain itu, ada juga arak-arakan lemper ukuran normal yang nantinya juga turut dikirab.
Pembuatan Lemper tersebut merupakan tradisi untuk mengingat kebaikan dari salah satu tokoh yang dianggap berjasa dalam menyelamatkan masyarakat dari pageblug yang melanda.
Lemper yang telah dibuat tadi kemudian didoakan bersama-sama. Lalu, dikirab bersama iring-iringan lain yang semakin memeriahkan acara.
Arak-arakan Lemper yang telah dikirab akan dibagikan kepada masyarakat yang hadir dalam acara rebo pungkasan tadi.
Selain itu Lemper juga selalu hadir dalam acara hajatan.
Lemper biasa disuguhkan dalam suatu hajatan, terutama di daerah Jawa. Sebut saja resepsi pernikahan dan acara syukuran.
Dalam acara-acara tersebut, kue ini hampir tidak pernah absen. Rasanya yang enak dan digemari oleh semua usia memang cocok untuk dijadikan suguhan.
Akan tetapi gak cuma karena kelezatannya, konon Lemper merupakan simbol persaudaraan yang mana dengan menyajikan Lemper, diharapkan persaudaraan semakin erat.
Makna ini diibaratkan dengan tekstur lengket yang dihasilkan oleh ketan.
Sebenarnya, tradisi menyajikan Lemper dalam suatu acara sudah ada sejak zaman dahulu.
Masyarakat mempercayainya sebagai perlambang rezeki yang terus melekat.
Harapannya, sang tuan rumah akan mendapat rezeki yang terus berdatangan pada saat hajatan digelar.
Saat ini Lemper tidak hanya bisa dinikmati dalam versi originalnya. Namun, banyak sekali versi-versi kekinian yang gak kalah enak.
Sebut saja Lemper bakar, Lemper goreng tepung, dan lemper ketan hitam. Semuanya lezat, cocok dijadikan teman minum teh.
Nah itu dia beberapa fakta menarik dari Lemper. Selain enak, ternyata juga memiliki arti tersendiri bagi masyarakat Jawa.
Bahan:
500 gr beras ketan, rendam 2 jam, cuci bersih. Tiriskan
350 ml santan dari 1 butir kelapa
1 sdt garam
3 lembar daun pandan
Cara Membuat:
1. Kukus ketan 15/20 menit. Rebus santan, garam dan daun pandan dalam panci hingga mendidih. Tuang beras ketan ke dalam santan. Aduk rata. Biarkan meresap.
2. Kukus ketan hingga matang selama 30 menit. sisihkan.
Bahan isi:
1 dada ayam, kukus. Suwir halus.
200 ml santan kental
3 lembar daun salam
3 lembar daun jeruk
1 batang serai, geprek
Garam, merica, gula dan penyedap rasa bila perlu
Bumbu halus
6 siung bawang merah
5 siung bawang putih
3 butir kemiri
1/2 sdm ketumbar bubuk
Cara membuat:
1. Tumis bumbu hingga wangi, masukkan daun salam, jeruk, serai.
2. Masukkan daging ayam suwir, garam, gula, merica, penyedap. Aduk terus.
3. Tuang air santan, biarkan bumbu meresap dan kering. Sisihkan.
Penyelesaian:
1. Siapkan loyang, alasi plastik bening/daun pisang. Tuang setengah ketan, ratakan dan padatkan.
2. Beri isian ayam, ratakan dan padatkan. Tuang sisa ketan. Padatkan dan ratakan kembali. Biarkan dingin.
3. Potong dengan pisau yang dioles minyak. Bentuk sesuai selera. Sajikan. (*)