Jakarta - Al-Qur’an merupakan kitab suci untuk menjadi pedoman hidup manusia. Di dalamnya juga memuat berbagai kisah nyata dari para nabi dan orang salih. Kisah-kisah ini bertujuan sebagai pengajaran bagi manusia. Demikian pula dengan kisah hamba Allah Ta’ala yang mulia ini.
Nabi Yunus `alaihissalam mendakwahi penduduk Ninawa dalam kurun waktu yang cukup lama. Beliau `alaihissalam juga telah mengingatkan tentang azab yang akan menimpa kaumnya. Namun mereka tetap bersikap menolak dan membangkang.
Beliau `alaihissalam mengira bahwa kaumnya tidak akan pernah mau beriman. Setelah peristiwa itu, nabi Yunus `alaihissalam meninggalkan kaumnya karena marah. Nabi yang berasal dari keturunan bani Israil ini pun pergi ke tepi laut dan menaiki kapal yang penuh dengan muatan.
Kapal pun mulai menarik jangkar. Ketika sedang berlayar, kapal tersebut diterpa angin yang sangat kencang dan digulung ombak yang besar. Kondisi ini dapat mengakibatkan tenggelamnya kapal.
Para awak kapal segera melempar barang-barang ke lautan untuk mengurangi beban muatan kapal. Namun, kapal tersebut masih beresiko tenggelam. Sedangkan kapal-kapal yang lain tetap bisa berlayar. Keadaan ini semakin mencekam dengan terjadinya kilat dan petir.
Para penumpang bersepakat akan melempar seseorang ke laut melalui undian. Tujuannya agar kapal tetap bisa mengapung hingga mampu berlayar kembali.
Kemudian, para penumpang kapal tersebut melakukan undian. Ternyata nama nabi Yunus `alaihissalam yang keluar dalam undian yang dilakukan sebanyak tiga tersebut. Maka, beliau `alaihissalam pun berdiri dan melepas bajunya, kemudian melompat ke laut.
Kisah selanjutnya diabadikan dalam Al-Qur’an surah (ke-37) Ash-Saffat ayat 142,
“Maka dia ditelan oleh ikan besar dalam keadaan tercela.”
Pada saat bersamaan, Allah Subhanahu wa ta`ala mengilhamkan seekor ikan besar untuk menelan nabi Yunus `alaihissalam. Ikan tersebut hanya sekadar menelan tanpa melukai dan merusak tubuh beliau `alaihissalam.
Para ulama menyebutkan bahwa makna tercela adalah karena nabi Yunus `alaihissalam telah melakukan kesalahan. Beliau `alaihissalam meninggalkan kaumnya tanpa izin dan perintah dari Allah ﷻ.
Demikian pula dalam surah (ke-21) Al-Anbiya ayat 87,
“Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika dia pergi dalam keadaan marah, lalu dia menyangka bahwa Kami tidak akan menyulitkannya…”
Dzun Nun merupakan sebutan untuk nabi Yunus `alaihissalam, Nun bermakna ikan. Sehingga maksudnya adalah nabi Yunus `alaihissalam yang berada di perut ikan.
Nabi Yunus `alaihissalam pun tinggal di perut sang ikan dan dibawa mengarungi lautan. Beliau `alaihissalam berada dalam tiga kegelapan; kegelapan dalam perut ikan, kegelapan lautan, dan kegelapan malam.
Semoga keselamatan tercurah kepada nabi Yunus `alaihissalam.
(Kontributor :Dicky Dewata)