Jakarta - Al-Qur’an adalah kitab iman dan takwa. Adanya berbagai ayat yang berkaitan dengan sejarah, sains ataupun teknologi, itu hanya sekadar rangkaian untuk meninggikan iman dan takwa. Dengan hikmah-Nya pula Allah Subhanahu wa ta’ala tetap menjaga perkara gaib sebagai ujian untuk manusia.
Kisah ashabul kahfi diawali dari firman Allah ﷻ dalam surah (ke-18) Al-Kahfi ayat 9 dan 10,
"Apakah engkau mengira bahwa orang yang mendiami gua, dan (yang mempunyai) Ar-Raqim itu, termasuk tanda-tanda (kebesaran) Kami yang menakjubkan? (Ingatlah) ketika pemuda-pemuda itu berlindung ke dalam gua lalu mereka berdoa, "Ya Tuhan Kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah petunjuk yang lurus bagi kami dalam urusan kami.""
Berdasarkan tafsir Ibnu Katsir, para ulama tafsir menjelaskan sebab turun (asbabun nuzul) ayat tersebut adalah berkaitan dengan orang-orang kafir Quraisy Mekah yang kebingungan menghadapi dakwah Nabi ﷺ. Mereka ingin membatalkan dan membatilkan dakwah nabi Muhammad ﷺ.
Ibnu Ishaq rahimahullah menceritakan dalam sejarah Nabi ﷺ (sirah nabawiyah), bahwa penduduk kafir Quraisy Mekah menetapkan An-Nadr bin Al-Hairts dan Uqbah bin Mu’ith sebagai duta. Mereka diutus untuk mendatangi rabi Yahudi di Madinah. Pada masa itu, para rabi dikenal memiliki ilmu tentang Ketuhanan. Itulah sebab kedua delegasi Mekah menanyakan tentang bagaimana ajaran nabi Muhammad ﷺ.
Para pemuka agama Yahudi tersebut menyarankan agar orang-orang musyrikin Quraisy Mekah bertanya kepada nabi Muhammad ﷺ tentang tiga perkara. Jika jawabannya benar sebagaimana yang dikisahkan para rabi Yahudi kepada duta Quraisy Mekah ini, berarti beliau ﷺ benar-benar seorang nabi yang diutus.
Maka disarankan agar orang-orang musyrikin Quraisy Mekah ini harus mengikutinya. Tetapi jika tidak dapat menjawabnya, berarti hanya seseorang yang mengaku-aku dirinya ﷺ menjadi nabi. Bila demikian, terserah apa yang akan penduduk Mekah hendak lakukan terhadapnya ﷺ.
Adapun tiga perkara yang ditanyakan tersebut adalah tentang apa yang dialami oleh beberapa orang pemuda yang pergi meninggalkan kaumnya di masa silam. Selanjutnya disarankan menanyakan tentang bagaimana kisah seorang lelaki yang melanglang buana sampai ke belahan timur dan barat bumi. Dan yang terakhir, pertanyaan apakah ruh itu.
Sungguh pertanyaan yang tidak jelas dan tidak menggambarkan ciri-ciri yang lebih spesifik. Setiba di Mekah, mereka pun menanyakan semua pertanyaan sulit ini kepada Nabi ﷺ.
Untuk meringkas kisah, kita akan membahas pada pertanyaan tentang apa yang dialami oleh beberapa orang pemuda yang pergi meninggalkan kaumnya di masa silam.
Allah ﷻ pun menurunkan surah Al-Kahfi. Al-Qur’an menjelaskan bahwa apa yang dialami oleh beberapa orang pemuda yang pergi meninggalkan kaumnya di masa silam tersebut mengalami kisah yang kita kenal sebagai para pemuda penghuni gua (ashabul kahfi atau ashab al-Kahf).
Dengan hikmah-Nya, Allah ﷻ menceritakannya sebatas yang diperlukan. Kisah yang bermanfaat dan bisa menjadi pelajaran bagi manusia yang berkaitan dengan keimanan dan ketakwaan.
Semoga kita dimudahkan meraih hikmah dari kisah ini. (Kontributor : Dicky Dewata)