JAKARTA - Hari Reformasi Nasional diperingati setiap tanggal 21 Mei. Hari ini menjadi pengingat atas histori tragedi Mei 1998.
Tanggal 21 Mei dipilih menjadi Hari Reformasi Nasional karena bertepatan dengan lengsernya Presiden Soeharto saat mengundurkan diri pada tanggal 21 Mei 1998.
Gerakan reformasi ada karena didorong faktor krisis ekonomi yang melanda pada bulan itu.
Pada tahun tersebut pula terjadi krisis politik, ekonomi, hukum, dan krisis sosial.
Besarnya ketidakpuasan masyarakat Indonesia terhadap pemerintahan pimpinan Soeharto saat itu menyebabkan terjadinya demonstrasi besar-besaran yang dilakukan berbagai organisasi aksi mahasiswa di berbagai wilayah Indonesia.
Demonstrasi yang besar juga menyebabkan munculnya tragedi Trisakti pada 12 Mei 1998 yang menyebabkan empat mahasiswa tertembak mati.
Tahun 1998 menjadi babak baru pemerintahan Indonesia menuju sejarah baru yang kemudian dikenal sebagai reformasi.
Sejarah Hari Reformasi Nasional
Peringatan Reformasi Nasional karena bertepatan dengan lengsernya Presiden Soeharto pada 21 Mei 1998 silam.
Tahun ini merupakan tahun ke-25 peringatan Reformasi Indonesia sejak tahun 1998.
Dua puluh lima tahun lalu, Presiden Soeharto mundur dari jabatannya pada 21 Mei 1998 menjadi penanda peringatan Hari Reformasi Nasional.
Lahirnya reformasi di Indonesia bermula saat Soeharto menjabat Presiden kedua Indonesia sejak 1967 untuk menggantikan Soekarno.
Selama 32 tahun memimpin Indonesia, presiden yang dijuluki sebagai Bapak Pembangunan ini dianggap mampu menjaga stabilitas negaranya.
Kendati demikian, stabilitas yang selalu terjaga itu akhirnya goyah juga. Demonstrasi dan kerusuhan merebak di mana-mana. Dalam buku `Sejarah Pergerakan Nasional` yang ditulis Fajriudin Muttaqin dkk, ditulis bahwa demonstrasi mahasiswa ini bermula lantaran krisis ekonomi yang menghantam Indonesia pada 1998. Reformasi terus disuarakan.
Kegoyahan ekonomi ini adalah bagian dari akibat krisis finansial di kawasan Asia. Krisis ini membuat kepercayaan masyarakat merosot. Soeharto sudah dianggap tidak mampu lagi mengatasi krisis berkepanjangan ini. Reformasi adalah jalan yang dituntut masyarakat.
Mahasiswa pun menuntut Soeharto agar lekas turun dari tampuk kekuasaan. Namun Soeharto tetap pada pendiriannya untuk melakukan reformasi usai tahun 2003.
Protes para mahasiswa pun makin tak terbendung lantaran reformasi tak kunjung terlaksana. Aksi demonstrasi bermunculan kembali di sejumlah daerah. Seperti di antaranya, Jakarta, Yogyakarta, Bandung, Ujungpandang, dan daerah lain.
Kemudian dampak dari peristiwa demonstrasi pun semakin membara. Apalagi setelah disiram oleh kenaikan harga bensin, yang mana dari harga Rp 700 menjadi Rp 1.200.
Meledaklah peristiwa 12 Mei, yang dikenal dengan `Tragedi Trisakti`. Kekacauan pecah saat mahasiswa Trisakti dihalangi saat hendak menuju gedung DPR. Tanggal 12 Mei menjadi salah satu lahirnya hari reformasi.
Aparat keamanan akhirnya mengeluarkan tembakan peringatan. Namun tembakan itu bukan peluru karet, melainkan peluru besi.
Mahasiswa pun kocar-kacir pergi menyelamatkan diri, sebagian bahkan ada yang berlindung di gedung kampus Trisakti. Namun tembakan itu justru mengenai beberapa mahasiswa.
Hingga akhirnya empat mahasiswa gugur dalam peristiwa ini. Mereka adalah Elang Mulia Lesmana (1978-1998), Heri Hertanto (1977-1998), Hafidin Royan (1976-1998), dan Hendriawan Sie (1975-1998). Sedangkan mahasiswa lainnya mengalami luka-luka dan dibawa ke RS Sumber Waras.
Lahirnya Hari Reformasi Nasional
Melihat dampak dari sejumlah demonstrasi dan tragedi berdarah Trisakti ini, sidang paripurna pun diusulkan untuk digelar. Masih dari buku `Sejarah Pergerakan Nasional`, dijelaskan bahwa Ketua DPR/MPR Harmoko menyatakan kepada pers, Wakil Ketua dan Ketua Dewan setuju menggelar sidang paripurna pada 19 Mei 1998. Hari reformasi semakin dekat.
Sejumlah tokoh turut diundang ke Istana untuk berdiskusi soal masalah ini. Mereka adalah Emha Ainun Nadjib, Megawati, Amien Rais, Yusril Ihza Mahendra, Nurcholis Madjid, dan tokoh lainnya. Hingga hasilnya, pada hari Kamis, 21 Mei 1998, Soeharto menyatakan bahwa dia melepaskan jabatannya sebagai Presiden.
"Saya memutusken untuk menyataken berhenti dari jabatan saya sebagai Presiden Republik Indonesia terhitung sejak saya bacaken pernyataan ini, pada hari ini, Kamis 21 Mei 1998," ucap Presiden Soeharto kala itu.
Berita Soeharto lengser ini pun disambut oleh hiruk-pikuk kegembiraan dari masyarakat. Namun, terlepas dari segala kontroversinya, tetap ada pula rakyat yang tetap mengenang Soeharto sebagai pemimpin yang berjasa pada negeri ini.
Lengsernya Presiden Soeharto dari jabatannya pada 20 Mei 1998 menjadi momen lahirnya hari reformasi Indonesia. Dan pada 20 Mei 2023 akan menjadi peringatan yang ke-25 tahun Hari Peringatan Reformasi atau Hari Reformasi Nasional. (*)