• News

PBB Laporkan Lebih 1.000 Tentara Burundi Diam-diam Dikerahkan di Kongo Timur

Yati Maulana | Minggu, 31/12/2023 13:01 WIB
PBB Laporkan Lebih 1.000 Tentara Burundi Diam-diam Dikerahkan di Kongo Timur Pemberontak M23 Kongo terlihat saat mereka mundur dari lokasi 3 antena di Kibumba, dekat Goma, provinsi Kivu Utara Republik Demokratik Kongo, 23 Desember 2022. Foto: Reuters

KONGO - Lebih dari 1.000 tentara Burundi telah dikerahkan secara diam-diam di Republik Demokratik Kongo bagian timur sejak Oktober. Mereka mengenakan seragam tentara Kongo dan bekerja bersama mereka dalam perang melawan pemberontak M23, menurut laporan PBB yang tidak dipublikasikan dan dilihat oleh Reuters.

Mengutip sumber-sumber keamanan dan intelijen serta sumber-sumber yang dekat dengan komando militer Kongo, laporan Kelompok Pakar PBB di Kongo mengatakan pasukan tersebut diterbangkan dari Burundi ke Kongo timur dengan pesawat militer Kongo mulai tanggal 21 September.

Pemerintah Burundi dan Kongo serta tentara Kongo tidak segera membalas permintaan komentar dari Reuters.

Laporan tersebut dibagikan secara internal kepada anggota Dewan Keamanan PBB pada 15 Desember dan dilihat oleh Reuters pada hari Sabtu. Rencananya akan diterbitkan pada bulan Januari.

Hal ini menyoroti strategi keamanan Kongo di timur selain pengerahan pasukan penjaga perdamaian PBB dan pasukan Kongo, yang didukung oleh pasukan regional Komunitas Afrika Timur (EAC) hingga awal Desember.

Laporan tersebut mengatakan bahwa pemerintah Burundi telah menyangkal kepada para ahli PBB mengenai penempatan pasukan Burundi di luar perjanjian EAC. Laporan tersebut juga mengatakan bahwa otoritas militer Kongo telah mengatakan kepada kelompok tersebut bahwa mereka tidak mengetahui adanya kerja sama dengan pasukan Burundi yang disoroti dalam laporan tersebut.

Mengutip sumbernya, laporan itu mengatakan pasukan Burundi dikerahkan di luar perjanjian EAC dan bersama pasukan Kongo dan kelompok bersenjata sekutunya yang memerangi M23 di provinsi Kivu Utara.

Sejak tahun 2022, serangan M23 di sana telah memperburuk krisis keamanan dan kemanusiaan yang telah berlangsung selama puluhan tahun di kawasan itu, memaksa sekitar satu juta orang meninggalkan rumah mereka.

Kongo, negara-negara Barat dan kelompok pakar PBB mengatakan kelompok pemberontak pimpinan Tutsi didukung oleh negara tetangganya, Rwanda. Rwanda menyangkal semua keterlibatannya, namun tuduhan tersebut telah menyebabkan krisis diplomatik besar di wilayah tersebut.